RIAUANTARA.COM| | JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangan Pers, menyebut jumlah korban meninggal akibat bencana gempa dan tsunami Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah mencapai 1.763 orang.
Sedang korban hilang akibat gempa berkisar 5.000 . Jumlah ini berasal dari dua wilayah yakni Kelurahan Balaroa dan Petobo, demikian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di gedung BNPB,Jakarta, Minggu (7/10) dalam keterangan pers.
Sutopo mengatakan, 5.000 orang dinyatakan hilang itu, belum diverifikasi secara resmi. Sebab, kepala desa yang menyampaikan hal tersebut hanya mendapatkan informasi dari warganya sendiri.
Angka itu harus diverifikasi lagi, karena belum ditemukan. Bisa jadi ternyata ada yang mengungsi di tempat lain, kan ada yang mengungsi di kota lain seperti Makassar, Manado, Jakarta, jadi pastinya tidak tahu. " Diantaranya
tak menutup kemungkinan korban k itu juga tertimbun reruntuhan bangunan. "Apakah berasal dari rumah kosong, rumah isi, rumah ambruk kena lumpur, ya campur semua disitu. Diperkirakan hilang, ya belum ditemukan," imbuhnya.
Sedang korban meninggal hingga hari ini, capai 1.763 orang. Jumlah ini bertambah dari korban meninggal pada Sabtu kemarin (6/10) disebut 1.649 orang.
TANGGAP DARURAT.
Tentang masa tanggap darurat untuk evakuasi korban gempa dan tsunami Palu-Donggala, Sulawesi Tengah yang ditetapkan mulai 28 September 2018, akan berakhir pada 11 Oktober 2018 mendatang.
"Evakuasi korban akan selesai 11 Oktober 2018. Kalau tidak ditemukan akan dinyatakan sebagai korban hilang," ujar Sutopo di gedung BNPB, Jakarta, Minggu (7/10), seraya mengatakan evakuasi ini akan fokus pada korban meninggal dunia dan hilang yang belum ditemukan.
Alasan itu menurut Sutopo, masa 14 hari itu berdasarkan pertimbangan dari hasil rapat koordinasi Kementerian atau Lembaga yang menangani gempa Palu-Donggala. Penetapan ini juga berdasarkan pertimbangan bahwa korban sudah dipastikan meninggal dunia dalam jangka waktu 14 hari.
"Kalau ditemukan, korban pasti sudah tidak utuh, maka dinyatakan hilang".
"Untuk menyatakan masa darurat tadi akan dibahas lagi dalam rakor. Jadi masa darurat hanya untuk administrasi, memudahkan kita dalam penanganan," terang Sutopo.
Korban meninggal paling banyak ada di Palu, Sulteng, dengan jumlah 1.519 orang. Selain itu, korban tewas di Donggala mencapai 159 orang, Sigi 69 orang, Parigi Mutong 15 orang, dan Pasangkayu satu orang." Korban paling banyak di Palu, karena tsunami dan masih banyak juga yang tertimbun".
Diantara 1.763 korban meninggal, 1.755 di antaranya telah dimakamkan secara massal yakni di TPU Paboya sebanyak 753 jenazah, TPU Pantoloan 35 jenazah, serta pemakaman keluarga sebanyak 923 jenazah, di Donggala 35 jenazah, Biromaru delapan jenazah, dan Pasangkayu satu jenazah. Korban luka mencapai 2.632 orang.(JNN/NAS).
Komentar