Riauantara.co | Malam satu Suro merupakan tradisi yang terus dipertahankan oleh masyarakat Jawa, terutama sebagai waktu pergantian tahun dalam kalender Jawa. Berdasarkan Kalender Hijriah 2024 yang dirilis oleh Kementerian Agama RI, 1 Suro jatuh pada tanggal 8 Juli 2024, dengan malam satu Suro dimulai saat matahari terbenam pada 7 Juli 2024.
Dalam sejarahnya, malam satu Suro bermula pada masa Sultan Agung, Raja Mataram, yang menggabungkan kalender Jawa berbasis tahun Saka dengan kalender Hijriah. Hal ini menciptakan akulturasi budaya yang memperkuat penyebaran Islam di Jawa. Pada 1663 M, Sultan Agung menetapkan satu Suro sebagai pengganti upacara Kerajaan Rajawedha, menyatukan ritual kerajaan dan petani dalam perayaan Tahun Baru Islam.
Bagi masyarakat Jawa, malam satu Suro adalah momen sakral dan suci, dianggap sebagai waktu untuk refleksi diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Filosofi "eling lan waspodo" (ingat dan waspada) menjadi panduan dalam menjalani bulan ini, yang juga dianggap keramat dan disebut sebagai "pematangnya tahun".
Ada berbagai tradisi yang dilakukan untuk menyambut malam satu Suro:
1. Kirab Malam Satu Suro: Dilaksanakan di Keraton Surakarta, menampilkan iring-iringan hasil panen, kerbau bule, dan abdi dalem dengan busana adat Jawa.
2. Tapa Bisu Mubeng Beteng: Tradisi di Keraton Yogyakarta, di mana abdi dalem dan masyarakat sekitar berjalan mengitari keraton dalam diam.
3. Selamatan: Doa bersama dan dzikir dilakukan sebagai ungkapan syukur atas berkah setahun.
Malam satu Suro juga dikenal dengan berbagai mitos dan larangan, seperti:
- Tidak keluar rumah di malam hari.
- Tidak menggelar pesta pernikahan atau sunatan.
- Tidak berbicara saat Tapa Bisu Mubeng Beteng.
- Menghindari berkata kasar.
- Tidak pindah rumah atau membangun rumah baru.
Meskipun banyak yang percaya bahwa melanggar larangan ini dapat mendatangkan kesialan, semuanya kembali pada keyakinan masing-masing individu.
Malam satu Suro adalah bagian penting dari budaya Jawa yang mengandung makna mendalam, tradisi yang kaya, dan berbagai kepercayaan. Mengenal sejarah dan tradisinya membantu kita memahami dan menghargai warisan budaya ini.
Sumber: rilis detik jateng
Editor : AB
Komentar