Penulis : DR.Abdulhaque Albantanie, SE,ME Sy, Phd
Riauantara.co| Jum'at, 02-08-2024 | 06:08
Ust. DR. Abdulhaque albantani SE, ME , sy, Phd Mubaligh Ekonomi Syari'ah |
Pekanbaru, riauantara.co | Allah Swt sangat menyukai orang-orang yang berkualiatas. Kualitas tertinggi dan paling mulia menurut Allah Swt adalah takwa. Oleh sebab itu, orang yang paling berkualitas di sisi Allah Swt adalah orang-orang yang bertakwa (muttaqūn).
Orang yang bertakwa adalah orang yang memiliki amalan yang terbaik. Dalam berbagai riwayat pun disebutkan, Allah Swt hanya akan menerima amalan yang terbaik dari hamba-Nya. Sebagai contoh adalah peristiwa yang terjadi dengan 2 orang putra Nabi Adam As, Qabil dan Habil. Alkisah, tersebutlah bahwa anak-anak Nabi Adam As lahir dalam keadaan kembar, laki-laki dan perempuan, sampai berjumlah 20 pasang, dan ditutup oleh seorang putra. Mereka kemudian tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena ketika itu tidak ada manusia lain selain Nabi Adam As dan keluarganya, maka sulit mencari jodoh bagi anak-anaknya. Namun Allah Swt kemudian menurunkan izin kepada Nabi Adam As untuk menikahkan anak-anaknya dengan syarat tidak dengan saudara kembarnya.
Maka Nabi Adam As menikahkan putra tertuanya, Qabil dengan kembaran putra keduanya Labuda. Sedangkan putra keduanya, Habil dinikahkan dengan saudara kembar Qabil yang bernama ‘Iqlima. Namun, Labuda tidaklah secantik ‘Iqlima, sehingga ketentuan ini tidak diterima begitu saja oleh Qabil.
Qabil bersikeras agar dinikahkan dengan saudara kembarnya ‘Iqlima. Akhirnya, turunlah wahyu Allah Swt untuk memecahkan persoalan ini. Qabil dan Habil disuruh untuk menyerahkan qurban yang diambil dari hasil usaha mereka masing-masing. Bagi yang diterima qurbannya, dia lah yang berhak kawin dengan ‘Iqlima.
Qabil mempunyai usaha peternakan sementara Habil berusaha di bidang pertanian. Masing-masing menyerahkan qurban mereka. Qabil menyerahkan hewan ternaknya dan Habil menyerahkan hasil pertaniannya. Namun Allah Swt ternyata hanya menerima qurban Habil. Akibatnya Qabil tidak terima dan menuduh bapaknya telah mendo’akan Habil agar diterima qurbannya. Kejadian ini menimbulkan kebencian yang mendalam dari Qabil terhadap Habil. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Iblis, sehingga Qabil membunuh Habil, saudaranya sendiri. Peristiwa ini dikenal sebagai pembunuhan pertama di muka bumi.
Padahal, tidak diterimanya qurban Qabil bukan karena keberpihakan Adam As terhadap Habil. Putusan itu diambil berdasarkan fakta yang obyektif. Qurban yang diserahkan Habil lebih berkualitas daripada qurban Qabil. Habil memilih yang terbaik dari hasil pertaniannya. Sementara, Qabil memilih ternak yang paling buruk kualitasnya. Allah Swt Maha Baik dan hanya menerima yang baik-baik pula.
Kisah ini memberi pelajaran bahwa kita harus mewujudkan hal-hal yang terbaik sebagai output dari aktivitas kita, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Kita harus bekerja sebaik mungkin dengan kualitas yang tinggi sehingga menghasilkan produk yang berkualitas tinggi pula. Demikian juga dengan ibadah-ibadah yang kita jalankan. Kita harus mendirikan shalat yang paling baik yaitu shalat yang khusuk, melaksanakan puasa sebaik-baiknya dan mengeluarkan zakat dengan harta yang terbaik pula. Allah Swt hanya menerima amalan dari orang-orang yang memiliki kepribadian yang berkualitas (takwa).
Islam adalah agama yang mendorong ummatnya agar menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas. Muslim sejati terdiri orang-orang yang memiliki pandangan yang luas, mampu menyelaraskan kedudukan dan tanggung jawab mereka dengan ketaatan kepada Allah Swt. Di samping itu mereka harus mengharmonikan kehidupan mereka dengan organisasi, masyarakat, dan alam sekitarnya.
Orang-orang yang berkualitas memiliki sikap dan karakter yang baik serta keahlian yang efektif. Mereka memiliki moral yang tinggi dan berkeinginan kuat untuk menguasai keahlian yang diperlukan bagi kehidupan mereka, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan. Keberadaan mereka membawa manfaat dan keberkahan orang-orang sekitarnya. Mereka merupakan inisiator bagi perkembangan bagi setiap organisasi yang digelutinya dan membawa perubahan yang positif.
Islam adalah agama yang membenci orang-orang yang malas dan tidak efektif. Dalam beberapa nash (teks) tersirat anjuran untuk meninggalkan kemalasan dan kelalaian. Rasulullah Saw sendiri pernah mengajarkan sebuah doa agar ummatnya terhindar dari sifat-sifat yang membawa kehancuran. “Ya Allah Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dari utang piutang dan berada di bawah tekanan orang lain.” (HR. Bukhari, No. 6369, Kitāb Ad-da’awāt, Bāb Al-Isti’adzah minal jin).
Komentar