Liputan : Rahmat Handayani
Editor : Sekwildi ambo
Riauantara.co | Rabu 09/10/2024 | 12:56
Julita Hayati, seorang lifter tuna daksa dari Riau, sukses meraih prestasi gemilang dengan membawa pulang medali emas dan perunggu di ajang Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) XVII 2024 |
Solo, riauantara.co | – Julita Hayati, seorang lifter tuna daksa dari Riau, sukses meraih prestasi gemilang dengan membawa pulang medali emas dan perunggu di ajang Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) XVII 2024. Atlet yang mengalami cacat kaki akibat polio ini tampil memukau pada pertandingan angkat berat kelas 50 kg - 45,01 kg hingga 50,00 kg putri, mencatatkan total angkatan terbaik 224 kg pada babak final.
Pada pertandingan yang berlangsung Selasa sore (8/10/2024), Julita mengalahkan Fitriah, lifter dari Kalimantan Timur, yang hanya mampu mengangkat total 133 kg dan harus puas dengan medali perak. "Senang sekali bisa meraih emas dan perunggu," kata Julita, sambil tersenyum lebar pada wawancara hari Rabu (9/10/2024).
Ini adalah emas pertama bagi Julita di ajang Peparnas setelah dua kali bertanding sebelumnya pada 2016 dan 2021 tanpa hasil emas. Julita mengungkapkan bahwa dukungan dari keluarga, terutama ayahnya, sangat membantunya meraih prestasi ini. "Papa saya langsung telepon setelah saya dapat emas. Keluarga sangat mendukung saya," ungkapnya dengan penuh emosi. Ia juga berbagi momen lucu ketika pacarnya juga menelepon untuk mengucapkan selamat.
Selain medali emas, Julita juga meraih perunggu di kelas angkatan terbaik dengan angkatan maksimal 79 kg. Medali emas di kelas ini diraih oleh Sutiayah dari Yogyakarta dengan angkatan terbaik 86 kg, sementara perak diraih oleh Nurul Amalliyah dari Sumatera Utara dengan 80 kg.
Pelatih Julita, Lana Yana, mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian anak asuhnya. "Target awal kami hanya perak, tetapi Julita mampu melebihi ekspektasi dan meraih emas. Kami sangat bangga," ujarnya. Lana juga menjelaskan bahwa Julita sebenarnya memiliki potensi untuk mengangkat beban lebih berat, tetapi kurang percaya diri untuk meningkatkan angkatannya pada momen penentuan.
Meskipun begitu, Lana tetap bersyukur dengan hasil yang dicapai. "Di latihan sebenarnya dia mampu mencapai 82 kg, tapi saat kompetisi hanya mencapai 79 kg. Tapi bagaimanapun, kami sangat bersyukur bisa membawa pulang emas dan perunggu," tutupnya.
Prestasi ini merupakan bukti bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Julita Hayati, dengan semangat dan kerja kerasnya, telah membuktikan bahwa impian besar bisa terwujud meski menghadapi banyak tantangan.
Julita Hayati adalah simbol inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, ia mampu mencetak sejarah di Peparnas 2024, membawa pulang dua medali yang sangat membanggakan bagi Riau dan Indonesia.
Komentar