Didukung PHR, Kementerian ESDM Kunjungi Ekowisata Hutan Adat Imbo Putui di Desa Petapahan | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Didukung PHR, Kementerian ESDM Kunjungi Ekowisata Hutan Adat Imbo Putui di Desa Petapahan

Senin, 11 November 2024 | 20:39 WIB



Kampar , riauantara.co | - Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengunjungi Ekowisata Hutan Adat Imbo Putui di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kampar.


Kunjungan bersama SKK Migas Perwakilan Sumbagut ini merupakan rangkaian dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kementerian ESDM terhadap kegiatan Program Pengembangan Masyarakat (PPM)  KKKS PT Pertamina Hulu Rokan.


Rombongan Kementerian ESDM bersama SKK Migas Sumbagut melihat langsung perkembangan Ekosiwata Hutan Adat Imbo Putui di bawah binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Ekowisata Hutan Adat Imbo Putui saat ini menjadi daya tarik bagi masyarakat.


Selain suasana alam yang asri, ekowisata ini dilengkapi fasilitas wisata yang memadai Kawasan ini dikelola oleh kelompok sadar wisata yang terus mempertahankan kebudayaan dan kearifan lokalnya.


“Kami melihat sejauh ini program yang ditetapkan oleh pemerintah berjalan dengan baik dan sesuai dengan penempatannya. Mari bersama-sama berkolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjaga hutan ini dengan baik,”  kata Analis Kerja Sama, Dirjen Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Syarif Hidayat dalam rilisnya.


Hutan Adat Imbo Putui merupakan salah satu hutan alam yang tersisa di Provinsi Riau. Kawasan seluas 251 hektare ini ditetapkan sebagai hutan adat pada 21 Februari 2020 oleh Presiden RI Joko Widodo saat berkunjung ke Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim di Kabupaten Siak, Riau. Hutan Imbo Putui bahkan menjadi hutan adat pertama di Riau yang mendapat pengakuan negara.


Hutan Adat Imbo Putui memiliki aneka ragam flora antara lain anggrek, liana, kantong semar, jenis palem-paleman dan pohon. Juga terdapat jenis tanaman paku-pakuan yang kerap dimanfaatkan sebagai tanaman obat oleh masyarakat. Hutan Adat Imbo Putui juga memiliki kekayaan fauna seperti berbagai jenis burung, mamalia, serangga, ikan, reptil dan amfibi.


Manager Corporate Social Responsibility (CSR) Pandjie Galih Anoraga mengatakan, Ekowisata Hutan Adat Imbo Putui merupakan salah satu lokus desa wisata binaan PHR WK Rokan melalui mitra pelaksana Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau. Dukungan yang diberikan oleh PHR meliputi penyediaan sarana prasarana, FGD dan sosialisasi program pendampingan serta pelatihan bagi pelaku wisata lokal dan tata kelola destinasi.


“Pengembangan ekowisata ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat pariwisata berbasis komunitas, mendukung Hutan Adat Imbo Putui sebagai destinasi ekowisata dan meningkatkan pendapatan berkelanjutan komunitas lokal,” katanya.


Bersama Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau, PHR telah memberikan pelatihan dan pendampingan dalam penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk pariwisata dan kelembagaan Desa Wisata bagi masyarakat.


Pelatihan dan pendampingan peningkatan kapasitas pelaku wisata berfokus pada pemahaman masyarakat tentang konsep dan pengelolaan desa wisata. Kiat mengembangkan keterampilan SDM dalam memberikan pelayanan pariwisata. Kemudian mendorong inovasi dalam pengembangan produk dan atraksi wisata serta meningkatkan kemampuan promosi dan pemasaran desa wisata.


Lewat program TJSL, PHR berkomitmen dapat memberdayakan masyarakat secara luas, meningkatkan ekonomi masyarakat binaan serta mendukung kemandirian ekonomi dan lingkungan. "Diharapkan kawasan ekowisata hutan adat Imbo Putuih menjadi daya tarik destinasi wisata unggulan yang ada di Desa Petapahan," ucap Pandjie.


Kepala Desa Petapahan Said Aidil Usman memberikan apresiasi kepada PHR dan STP Riau atas dukungan pengembangan desa wisata lewat Ekowisata Hutan Adat Imbo Putui. “Kami mewakili masyarakat mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada PHR atas terlaksanakanya Program Desa Wisata ini. Kami berharap program ini  berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” katanya.  


Selain Desa Petapahan, sebelumnya PHR WK Rokan juga telah melakukan intervensi dalam pengembangan Desa Wisata di banyak daerah seperti: Desa Koto Mesjid atau lebih dikenal Kampung Patin, Kampar, Desa Tanjung Punak, Rupat, Kabupaten Bengkalis.


Lalu pengembangan Desa Wisata Budaya di Pulau Belimbing Kuok, Kabupaten Kampar, Kampung Tenun di Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis dan Desa Kreatif di Kampung Bandar, Kota Pekanbaru


Desa binaan PHR bahkan meraih prestasi hingga tingkat nasional yakni Desa Wisata Bukit Batu, Bengkalis meraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 kategori daya tarik pengunjung dan berhasil mencatatkan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Kemudian Desa Koto Mesjid yang terkenal dengan Desa Wisata Kampung Patin, meraih Juara 1 regional wilayah I Sumatera Lomba Desa/Kelurahan 2023 tingkat Nasional. **Irul

Bagikan:

Komentar